MEDIA INFORMASI DESA BULAN MANGGARAI NTT

Minggu, 23 Mei 2021

Kerja Bakti Gendang Nangka








Tua Gendang Mbero Nangka Pimpin Warga Perbaiki Jln. Kabupaten Manggarai

 Anam, 23/5/21






Bpk. Blasius Jehono (72) bersama warga gendang Mbero Nangka desa Bulan dan  dusun Gulung desa Poong Leko kec. Ruteng kab. Manggarai NTT. Secara swadaya mereka mengerjakan perbaikan jalan lintas luar yang menghubungkan Desa Bulan dengan Vila Alam Flores yang ada di Mbohang desa Bangka Lelak Kec. Lelak Kab. manggarai.


Lokasi yang diperbaiki berada di Dusun Nangka, tepatnya di tanjakan terjal menuju kampung Koter. Menurut pengakuan warga sekitar Bpk. Simus Dambot (50), di lokasi ini sudah banyak kendaraan bermotor yang mengalami kecelakaan tunggal.

Kerja bakti ini atas inisiatif Bpk. Paul Darsono , Bpk. Yan Nggiring  dan Bpk. Hiburlaurensius  kerja sama dengan Bpk. Blasius Jehono selaku tua gendang Mbero Nangka dan Bpk Darius Kenanu selaku koordinator warga dusun Gulung.

Pengerjaan rabat beton 15 m² dan Tembok Penahan Tanah sekaligus draynase 8m³  ini menghabiskan 14 sak semen, 1.5 rit batu kali dan 2 rit  pasir. Ada beberapa donaur utama yang tidak ingin disebutkan namanya.

Atas kontribusi material dan sumbangan tenaga dari 150 warga yang terlibat dalam pengerjaan yang dimulai 10.00 s/d 17.30 disampaikan terima kasih.

Terima kasih Khusus utk awak media Swarantt.net yang telah meliput kegiatan ini 🙏🙏🙏 https://www.swarantt.net/tak-kunjung-diperbaiki-pemda-warga-desa-bulan-gotong-royong-perbaiki-jalan/


Sabtu, 23 Januari 2021

SUKU MBERO INJAK TELUR DI BULAN


(Ritual budaya Manggarai "Gerep Ruha" pertanda sahnya perkawinan secara budaya Manggarai)



Anam, 23 Januari 2021, Suku Mbero yang menetap di Desa Bulan Kecamatan Ruteng Kab. Manggarai Pro. NTT, membuka tahun 2021 dengan serangkaian acara adat. 


Budaya lokal yang menjadi warisan leluhur yang patut dilestarikan oleh generasi muda salah satunya "Gerep Ruha" (injak telur).

Sebuah Keluarga baru yang telah meresmikan perkawinannya secara agama dilanjutkan dengan peresmian secara budaya.




Keluarga laki-laki yang berasal dari suku Mbero yang disebut anak wina telah mempersiapkan segala sesuatunya sejak subuh, melibatkan segenap "pa'ang ngaung" warga kampung.

Acara "gerep ruha" ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan  dari rangkaian budaya kawin mawin di Manggarai.


Keluarga perempuan (anak rona) dari Kempo-Bambor Kab. Manggarai Barat, diantar oleh keluarga besarnya bersama rombongan keluarga pihak laki-laki yang menjemputnya  diawali dengan acara "podo", menghantar.


Menurut tradisi, "anak rona" membawa serta seserahan berupa piring-sendok, kain songke, payung, dan parang sebagai lambang berkat keberlimpahan baik sandang, pangan papan maupun yang lainnya bagi keluarga baru tersebut.



Ada suatu hal yang merupakan pemali yang disebut "ceki" yang artinya pantangan. Suku Mbero "cekinya" pantangannya adalah "pake rentak", katak pohon dan "saung paku mendung" daun perdu di hutan.

Setiap anak gadis yang kawin masuk ke suku Mbero harus mengikuti semua pantangan tersebut di atas. 


Ritual "gerep ruha" ini idealnya harus dilaksanakan di rumah Gendang yang sudah diresmikan secara adat "we'e" peresmian dan "congkolokap" syukuran umum.


Adapun rangkaian acaranya adalah

1. Penjemputan di gerbang Kampung. 

Dimulai dengan "renggas" refrein lagu penjemputan yang berjudul "rame-rame ce" dan sepanjang jalan dinyanyikan lagu "surungge" yang bertujuan menyampaikan kepada keluarga perempuan "anak rona" bahwa penerimaan secara budaya akan dilaksanakan di rumah gendang.


2. Gendang dan gong ditabuh dengan irama "ndundu ndake" beserta rombongan tari "sae" mendahului rombongan "anak rona".


3. "Gerep ruha" penginjakan telur. Setelah tiba di pendopo rumah gendang, "molas" pengantin perempuan tidak bisa mengangkat kakinya karena berat dan untuk memampukan ayunan kakinya maka diberika uang senilai Rp 50.000,- atau lebih

4. Masuk ke dalam rumah gendang, payung yang dipakai oleh "molas" tidak bisa diturunkan sebelum diijinkan dengan uang senilai Rp 50.000,- atau lebih.

5. "Tuak kapu" tuak\moke sapaan bagi tamu diberikan kepada "anak rona".

6. "Wae lu mata do" penyampaian turut berduka cita dari keluarga perempuan "anak rona" atas semua leluhur dan keluarga suku Mbero yang telah di panggil Tuhan.

7. "Wewa" pemberitahuan kepada "ase kae Woe, Pang Olo ngaung musi" untuk menuju acara "manuk tempang saki" ayam putih sebagai peresmian pelepasan pantangan dari suku anak rona yang berasal dari Kempo Bambor Manggarai Barat dengan "cekinya" "wontong".

8. "Tudak Manuk Tempang Saki" pembacaan doa adat sebagai pelepasan pantangan suku Kempo Bambor.

9. "Helang" makanan  persembahan kepada roh nenek moyang dan leluhur Mbero agar acara adat ini dapat turut di doakan oleh leluhur kepada Tuhan Sang Empunya Kehidupan

10


. Pemberian beberapa ratus ribu rupiah kepada "anak rona" sebagai laporan bahwa dalam pandangan imam adat persembahan itu telah diterima yang dibuktikan dengan bagusnya urat usus dari ayam korban tersebut.


Setelah rangkaian acara adat tersebut dilanjutkan dengan makan bersama yang didahului dengan doa secara Katolik sebagai ungkapan syukur telah selesainya acara tersebut. 


Harapan keluarga besar suku Mbero semoga keluarga yang telah diresmikan oleh Gereka Katolik dan secara adat senantiasa dilindungi serta diberkati oleh Tuhan yang Maha  kasih.