MEDIA INFORMASI DESA BULAN MANGGARAI NTT

Minggu, 14 Juli 2019

Roko Molas Poco, ase kae pang olo ngaung musi gendang Mbero Nangka





Masyarakat adat kampung Nangka, Desa Bulan, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sampai saat ini masih melestarikan tradisi ritual roko molas poco.
Istilah roko molas poco berasal dari tiga suku kata bahasa Manggarai haitu roko yang artinya penjemputan atau pengambilan atau perarakan, molas yang artinya gadis cantik, dan poco artinya hutan rimba atau gunung.
Roko molas poco adalah upacara penjemputan serta perarakan seorang gadis dari gunung atau hutan. Seorang gadis dari gunung ini adalah simbol sebuah kayu yang dijadikan tiang agung (siri bongkok) rumah adat (mbaru gendang).

Sebelum dipotong, kayu tersebut dinobatkan secara adat untuk menjadi molas poco (gadis dari hutan) sehingga layak untuk dibuat upacara roko. Sebelum dilaksanakan upacara, kayu yang akan dijadikan siri bongkok (tiang agung) harus diambil, diterima, dijemput, dan diarak secara adat. Tujuannya adalah agar rumah adat yang dibangun menjadi sumber ces atau kesejukan bagi seluruh warga kampung.
Upacara roko molas poco harus dilaksanakan alasannya karena tiang agung atau siri bongkok merupakan salah satu bagian paling utama dalam pembangunan sebuah rumah adat. Di mana tiang agung ini nantinya menjadi simbol naga golo atau roh penyembuh kampung dan pembawa kesejukan bagi warga kampung. Selain itu menjadi simbol bagi seluruh warga kampung yang biasa terdiri dari beberapa keturunan atau panga.
Dari beberapa keturunan ini akan dipersatukan menjadi satu kesatuan yang utuh dan membentuk sebuah kampung yang aman dan damai.
Upacara roko molas poco ini sangat berkaitan erat dengan sistem perkawinan adat Manggarai. Karena dalam perkawinan adat Manggarai hanya perempuan saja yang layak untuk dibuat upacara roko atau penjemputan secara adat sebelum menginjak kaki pertama kali di kampung halaman sang suami.

Upacara roko molas poco dimulai dari pintu gerbang kampung (paang) menuju lokasi rumah adat yang dibangun. Sambil diiring musik gong dan gendang dan lagu tradisional seperti ronda, danding, dan mbata.
Kayu ‘siri bongkok’ diarak menuju kampung
Dia menambahkan, pihak-pihak yang terlibat dalam upacara roko molas poco adalah tua golo (kepala adat atau kampung), tua teno (kepala tanah ulayat), tua panga (kepala suku atau keturunan), tamu undangan (dari kampung tetangga) dan weki pa’ang olo ngaung musi (seluruh warga kampung).
Acara roko molas poco biasanya dilaksanakan pukul 09.00 wita karena pagi hari otak dan pikiran masih segar sehingga langkah atau tahap dari upacara ini bisa terlaksana dengan baik.
Alat dan bahan yang diperlukan adalah cola (kapak), kope (parang), cepa (siri pinang), tuak, gong, gendang, ruha (telur ayam) dan hewan kurban seperti babi dan ayam.
Seluruh masyarakat yang hadir mengenakan pakaian adat lengkap. Mulai dari tokoh muda, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pendidik, dan pemerintah setempat. Mereka terlihat kompak mengenakan kain songket, baju kemeja putih dan sapu di kepala.

Peletakan Batu Pertama Pembanguan Rumah Gendang Mbero Nangka

Racang Cola Mbero Nangka



RACANG COLA GENDANG MBERO



Upacara adat yang disebutracang cola dan racang kopé. Artinya pengasahan kapak dan parang. Racang artinya mengasah dan cola yang berarti kapak serta kope  yang artinya parang. 


Upacara ini dilaksanakan di rumah tetua adat/kepala suku. Dalam upacara ini hewan kurbannya adalah babi. Karena itu hewan yang dikurbankan itu disebut ela racang cola (babi untuk mengasah kapak). 

Dalam upacara ini didoakan mohon perlindungan Tuhan agar terhindar dari malapetaka yang dapat mengancam nyawa para tukang yang hendak pergi ke hutan untuk mencari papan dan balok. 

Selain itu mohon restu para leluhur (empo) dan Tuhan sendiri agar  cita~cita membangun rumah adat dapat berjalan lancar tanpa hambatan. 

Racag Cola, Persiapan awal sebelum pembangunan rumah gendang Mbero Nangka

https://youtu.be/_Hvpl3MQdOo

ROKO MOLAS POCO MBERO NANGKA

(Dari kiri Bpk. Vinus G, Bpk. Alo Onggos, Bp. Blasius J., Bp Gaba K. & Bp Kos Mahan)


Upacara Roko Molas Poco
Roko Molas Poco merupakan suatu tradisi adat awal pembangunan Mbaru Tembong, rumah adat masyarakat Manggarai Raya, baik yang berdiam di Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, maupun Manggarai Timur.[5] Roko dalam bahasa setempat berarti pikul secara gotong royong.[5] Sementara molas artinya cantik dan poco adalah hutan.[5] Alhasil, kata roko molas poco mengandung arti mengambil atau memikul secara bersama kayu terbaik dari hutan.[5] Pada rangkaian ritus Roko Molas Poco kewajiban para tokoh adat seperti tu’a golo (kepala Kampung), tu’a teno (kepala adat) adalah mengundang semua warga kampung, untuk melakukan lonto leok ( musyawarah bersama warga se- kampung) di rumah adat lama atau pun di natas (halaman kampung).[5] Selanjutnya, anggota masyarakat maupun tokoh-tokoh adat dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok Roko Molas Poco (kelompok yang akan pergi ke hutan untuk mengambil kayu tersebut) dan kelompok curu molas poco (kelompok yang akan menjemput Molas Poco tersebut).[5] Upacara adat Roko Molas Poco ini diawali dengan acara teing hang atau pemberian sesajian di altar sesajian (compang) yang dipimpin oleh tu’a golo.[5] Setelah upacara teing hang (Memberi sesajian kepada arwah nenek moyang) usai upacara, barulah kelompok Roko Molas Poco berangkat ke hutan (puar) dengan membawa manuk (ayam), moke , cola (kapak)), kope (parang), serta alat-alat lain yang dibutuhkan saat upacara tersebut berlangsung.[5] Setiba di hutan, kelompok Roko Molas Poco beserta tu’a golo duduk menghadap pohon yang akan dijadikan sebagai Molas Poco atau Siri Bongkok.[5] Kemudian tu’a golo, menyampaikan permohonan atau kepok atau torok tae (bahasa kiasan Manggarai) kepada arwah-arwah nenek moyang.[5] Setelah torok tae tersebut selesai barulah kayu-kayu dipotong dan Molas Poco tersebut diusung ke kampung oleh kelompok Roko.[5] Sesampainya di dekat kampung (Pa’ang beo) kelompok Roko Molas Poco tersebut dijemput (sundung/curu) oleh kelompok penjemput dengan diiringi tarian-tarian dan dilanjutkan torok atau kepok sundung atau curu.[5] Ritus “Roko Molas Poco” ini dilakukan untuk meneruskan warisan budaya leluhur dan agar rumah adat atau Mbaru Tembong yang akan dibuat tetap kokoh, serta memberikan ketenteraman bagi warga yang mendiami kampung tersebut.[5]

Jumat, 12 Juli 2019

IMAM ADAT (EMA GABA KAMPUT) WOE WAKEL DE GENDANG NANGKA

P. MARSEL ARJON, SVD




LAPORAN KEUANGAN SEMENTARA PANITIA CONGKO LOKAP GENDANG MBERO NANGKA  
 POSISI KEUANGAN PER TANGGAL: 11 JULI  2019

 PEMASUKAN 
 NO.   SUMBER PEMASUKAN   NOMINAL   KETERANGAN 
     1  IURAN ANGGOTA 
 KETURUNAN EMA SAPE       10,300,000  Perhatian                        daftar nama anggota yang sudah stor iuran beserta nominalnya ada dalam lampiran laporan ini  
 KETURUNAN NGORO             600,000
 KETURUNAN EMA TUNGKU         1,200,000
 KETURUNAN EMA TINGO       13,600,000
 WOE NDEHES         2,700,000
 WOE CIRENG             600,000
 WOE MARAS         1,700,000
 WOE TAGA         4,500,000
 WOE WESA, BALO, BITING DAN BOLA         2,050,000
 WOE WAKEL, BUNG, CUMBI, KAROTENG&RUTENG         3,900,000
 WOE TING, TUNGGA, LIO, RAKAS&MAUPONGGO             900,000
 OM TOMAS 
 KONTRIBUSI GENDANG WAE REBO 
 KONTRIBUSI TANTA TERES 
 KONTRIBUSI BPK. ZAKARIAS JERAHAT 
     42,050,000
     2  WALI TUAK WAE REBO+TANTA TERES             600,000  SUMBER LAIN 
     3  PENGGARAP             250,000  IURAN WAJIB 
     4  WOE ASE KAE DAN WOE DE WOE   -   IURAN WAJIB 
 TOTAL PEMASUKAN   42,900,000
 PENGELUARAN 
 NO   JENIS PENGELUARAN   JUMLAH   PENANGGUNG JAWAB 
     1  SIRO CACI WAE REBO             315,000  WENS HAMAT 
     2  TUAK TANTA TERES               54,000  WENS HAMAT 
     3  BELI SPEAKER BULAT MEREK TOA             600,000  WENS HAMAT 
     4  TANDA JADI KERBAU+BENSIN             630,000  WENS HAMAT 
     5  SIRO CACI COLOL(OJEK,TUAK&ROKOK)             400,000  EMA DORUS 
     6  PANJAR KERBAU+Bir, Rokok+bensin       10,070,000  WENS HAMAT 
     7  BAYAR UTANG PEMBANGUNAN         2,000,000  KANISIUS UMPUNG 
     8  UANG JALAN EMA GABA             100,000  BP. ALO ONGGOS 
     9  SIRO GENDANG ANAM ROKOK&BIR               88,000  EMA DORUS 
   10  PAU TUAK MBARU BATE KAENG EMA 
 GABA DI WELU (rongko, tuak&rp 50.000)             144,000  EMA HANES 
   11  KERJA BAKTI SAPU, PEL, CIWAL &LAP KACA R. GENDANG               25,000  BP. HUBER 
   12  BELI 2 BUAH GENDANG          1,000,000  LAURENSIUS AGAS 
   13  TESI/PERMISI DI KELUARGA DUKA UNTUK MBATA               20,000  EMA DORUS 
 TOTAL PENGELUARAN   15,446,000


 SALDO SEMENTARA PER  11 JULI 2019                  27,454,000
 BPK. BELASIUS JEHONO   YUVENSIAUNUS HAMAT 
 PENANGGU JAWAB UMUM   BENDAHARA CONGKO LOKAP 


Suku Mbero merupakan salah satu suku di Kerajaan Todo zaman dulu di bawah Hamente Lelak dan pembagian hak ulayatnya diatur oleh Glarang Leko. Menempati wilayah dataran tinggi di Kabupaten Manggarai kecamatan Ruteng Desa Bulan.
Taji Misa yang merupakan cikal bakal Leluhur Mbero datang pertama kali dari Kerajaan Goa Talo menempati wilayah Rego di wilayah Manggarai Barat Kecamatan Macang Pacar. Menurut kisah orang tua yang diwariskan secara turun menurun. Taji Misa membawa serta Sempara anak semata wayangnya dari Goa, ketika tinggal di Rego mereka membuntuti babi binatang buruannya maka sampailah mereka di Dese dan menetap di sana. Di Dese, Taji Misa kawin dengan wanita lokal maka lahirlah Empo  Rios dan memilik anak yang bernama Ampel sebagai empo mesenya suku Mbero. Anak kedua Nggoro cikal bakal Wakel, Rejeng dan Manu. Anak ketiga Do cikal bakal Tonggur, Mbohang dan anak ke empat Nande Cikal bakal Karot dan Mbohang.
Awalnya Lelak merupakan wilayah dalu Welak. Dalam perkembangannya Lelak berdiri sendiri sebagai Dalu otonom. Pembentukan Lelak sebagai Dalu dilatarbelakangi berbagai kasus pembunuhan utusan Dalu Welak yang datang mengundang Kraeng Taji Misa untuk mengikuti sidang di  Welak.
Aksi pembunuhan yang dilakukan oleh Taji Misa ditanggapi secara bijak oleh Raja Todo (Raja Wunut) yang bernama Baruk dengan pengangkatan Lelak sebagai Dalu yang otonom. Empo Ampel yang nama jagoannya (paci)  Pae Mendaes memiliki dua orang anak Waek emponya gendang Mbero Anam dan adiknya Dor emponya gendang Mbero Nangka.
Oleh Glarang Leko sebagai panitia pembagian tanah maka Mbero memperoleh 54 lingko Randang dan dibagi 2 kepada gendang Anam dan Nangka masing-masing 27 lingko. Wilayah lingko gendang Nangka:
No.
Nama Lingko
No.
Nama Lingko
No.
Nama Lingko
No.
Nama Lingko
1
Bangka Mbero
8
Coca
15
Koter Le
22
6 lingko terakhir ada dalam surat KAR (surat sah pembagian tanah linko zaman RajaTodo)
2
Juling
9
Wae Teku
16
Koter Lau
23
3
Watu Gak
10
Bea Nunang
17
Nangka
24
4
Roga
11
Mpumpung
18
Pering
25
5
Kanggung
12
Bea Nggana
19
Wae Rua
26
6
Golo Nara
13
Wulang
20
Lagur
27
7
Wae Ratung
14
Golo Watu
21
Welu